Sebagai orang Indonesia begitu juga dengan diriku, keinginan hati adalah memiliki tiga anak, tapi suami hanya ingin memiliki dua anak? terus? gimana dong...
Berbeda pandangan dan pendapat itu biasa di dalam pernikahan, akupun mendengar dan mencoba memahami keinginan dan kekuatiran dari suami tentang jumlah anak. Alasan yang diberikan oleh suami memang ada landasanya dan dapat dipahami, dan akupun memiliki alasan sendiri, terjadilah "perdebatan yang sehat", dan tentunya tetap harus saling menghargai. Pada akhirnya akupun memilih untuk menghargai dan mengikuti pendapat suami, karena alasan dia lebih kuat dibanding alasan diriku sendiri.
Pada saat menikah, suamiku sudah merencanakan untuk memiliki dua anak, bahkan anak keduapun direncanakan harus berbeda umur sekitar 5 tahun dengan anak pertama, pada saat itu aku "sedikit tidak setuju" dan bilang "jauh amat bedanya", kalau di Indonesia biasanya perbedaan umur kakak-adik itu hanya 2-3 tahun, Lalu suamipun memberikan alasannya.
Alasan pertama suami adalah dikarenakan suami yg full time berkerja dan kita hidup di luar negeri (US), tau sendiri dong artinya tanpa pembantu, orang tua, atau mertua disamping (pada saat itu). Direncanakan seperti itu supaya aku bisa mengurus anakku dengan maksimal dan tidak terlalu lelah dibanding memiliki anak yang memiliki perbedaan umur yang sedikit, pastinya kedua anak tidak akan maksimal dan akunya akan sangat lelah.
Alasan kedua suami adalah supaya sang kakak yang pada saatnya berumur 5 tahun dengan mudah bisa mengurus dirinya sendiri (seperti mandi dan makan dll), bisa juga membantu sang mama yang memiliki bayi lagi.
Alasan ketiga adalah supaya biaya juga tidak langsung keluar banyak, seperti diapers, susu, dll. Memiliki anak itu kan dibutuhkan perencanaan yang matang, bagaimana makannya, susunya, perlengkapan sehari-harinya, terutama sekolahnya. Supaya anak tidak tersia-sia dan terbengkalai.
Dengan mendengar alasan suamiku yang tentu berbeda dengan alasan aku yang berpikir terlalu klasik hanya karena "supaya kakaknya punya teman main" , pada akhirnya menjadi gugur dibandingkan dengan alasan-alasan suami yang lebih baik, dan aku juga berpikir yaudah lah, toh aku juga bisa fokus dengan maksimal kepada anak pertama dan tidak perlu "harus" membagi kasih sayang pada saat itu juga. Lalu setujulah aku.
Menurutku peran orang tua sangatlah penting di dalam mendidik anak, mengajarkan mereka untuk menjadi kakak atau adik yang baik, mereka tidak bisa seperti itu dengan sendirinya.
Ada pembaca disini yg bertanya kepadaku melalui email, apa sih kelebihan dan kekurangan memiliki anak yg berbeda jauh umurnya? Bagaimana baiknya berjarak dekat atau jauh? Apa kelebihan dan kekurangannya? dsbgnya, Sebenarnya sih ga jauh-jauh banget, cuman 5 tahun, sekarang anakku sudah 10 tahun, dan yang kecil berumur 5 tahun. Nih aku coba share yah untuk kalian-kalian yang penasaran :)
Kelebihannya sebagai berikut (ini melihat dari sisi kakak-adik)
Kakak sangat mau membantu adik.
Aku ga tau apa karena anak pertamaku perempuan, sehingga memiliki sifat keibuan, atau karena umurnya yang terlampau jauh, atau karena emang dididik oleh suami untuk selalu membantu ibu sedari dini mungkin. Pada saat dia berumur 5 tahun, setiap kali suamiku pergi bekerja, pesan yang disampaikan adalah jangan nakal, biar mamamu tidak repot mengurus dua orang, dengan kamu menjadi tidak nakal, itu sangat meringankan beban mama, kedua jangan lupa bantu mama kamu pada saat dia membutuhkan. *Thanks to hubby* karena itu hampir setiap hari diucapkan sebelum dia pergi di pagi hari atau malam hari ketika dia bertemu sang anak.
Sang Kakak menjadi idola pribadi sang adik.
Anak pertama aku ini sangat diidolakan oleh sang adik, kemanapun dia pergi dia selalu menceritakan bagaiamana dia memiliki sang kakak di rumah, terkadang aku lucu mendengarnya, terkadang bertemu orang asing yg tidak kenalpun, palingan cuman say HI, dia bisa bercerita, halo, terus dia bisa melanjutkan aku punya kakak umurnya 10 tahun, padahal kami tidak pernah mengajarkan seperti itu.
Dirinya selalu membandingkan dengan kemampuan sang kakak, seperti ayo kamu harus sekolah, terus dia melanjutkan supaya seperti kakak yang bisa membaca dan menulis yah? Dan dia selalu "look up to her sister" seperti aku mau menggambar sebagus mungkin supaya seperti kakak. Dan ketika kakaknya melakukan sesuatu yang sebenarnya "normal saja", dia akan berkata "WOW you are amazing" hahaha, terkadang kakaknya pun tertawa dia bisa berkata seperti itu untuk hal yang biasa.
Untuk point kedua ini, harus hati-hati karena kalau kakaknya tidak baik atau nakal, sang adikpun akan mengikuti, oleh karena itu peran orang tua sangat penting untuk mendidik sang kakak untuk menjadi contoh yang baik dengan tidak lupa untuk tidak menaruh terlalu banyak bobot beban di bahu sang kakak.
Kakak memiliki sifat yang melindungi dan independent.
Dikarenakan dia diajarkan dari kecil untuk bisa mengurangi beban mama dan bisa membantu mama, dan memiliki adik yang berbeda jauh umurnya, anakku yg pertama ini menjadi memiliki sifat yang sangat mandiri, hal ini memang kurang lebih efek dari kebiasaan sehari-harinya yang kita ajarkan untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab.
Pada suatu pagi (saat itu masih kelas 2 SD) dia bangun sendiri dengan bantuan alarm, tanpa instruksi sedikitpun dari aku di hari sebelumnya, dan bersiap2 melakukan yang seharusnya dia lakukan, dan SEJAK hari itu dan sampai hari ini, dia melakukan hal yang sama setiap harinya, dan ini menjadikanku ibu yang bangga, dan inipun sering kuucapkan kepadanya bahwa "I'm very proud of you because you know your responsibility".
Sekarang mengenai Kekurangan perbedaan kakak-adik yang berumur lebih jauh yaitu
Kakak "terkesan" tidak memiliki teman bermain di rumah
Hal yang ini ternyata TIDAK menjadi nyata yang selama ini aku takutkan, karena di sekolahpun dia memiliki banyak teman, apalagi kalau kamu bertetangga, pastinya banyak main dengan anak tetangga juga. Aku tidak pernah mendengar sekalipun anakku berkata, mama buruan dong punya adik supaya aku punya teman main, MUNGKIN karena aku juga full time mom, yang setiap hari di rumah, selalu ada sama dia, sering mengajaknya ke park setiap kali dia ada senggang waktu dan di park dia selalu bertemu banyak anak-anak kecil. Aku juga fokus ke dia waktu di rumah, sehingga dia ga merasa kesepian.
Adik menjadi lebih manja
Dengan adanya kakak yg berumur lebih jauh, adik menjadi cenderung lebih manja, karena dengan mudahnya dia "dibantu" oleh sang kakak, dengan mudahnya dia mendapatkan bantuan dari orang-orang sekitar, seperti selalu ada "pertolongan", dan seperti selalu ada "contoh", tidak seperti kakak yang harus mencoba sesuatunya sendiri.
Tidak dapat bermain permainan yang sama
Hal yang ini agak terlihat, dan bisa juga dibilang tidak terlalu terlihat. Terkadang memang anakku yang besar tidak mau terlalu lama bermain mainan yang untuk anak TK, palingan temenin main sebentar, abis itu kakak udah mulai bosan, yah aku mengerti karena pengaruh umur juga, jadi permainannya sudah beda. Tetapi pada saat yang bersamaan pula, kakak senang beberapa permainan yang disukai oleh sang adik, seperti contohnya main princess-princessan, kalau ini masih disukai oleh mereka, yang satu jadi Elsa, yang satu jadi Anna, atau princess yang lain, dan mereka senang sekali bermain lego bersamaan dan memberikan cerita di lego tersebut, dan beberapa permainan ini bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Jadi kalau dibilang mereka tidak bisa bermain sama, yah ada benar dan tidaknya juga.
Usia yang bedanya dekat bisa juga berantem karena rebutan mainan, beda usia jauh juga tetap bisa berantem karena rebutan remote TV, semua sama aja.
Keduanya "terkadang" saling jealous dengan kasih sayang yang aku berikan.
Hal ini menurutku dapat terjadi kepada semua kakak-adik, mau jaraknya dekat pasti adik atau kakak akan cemburu, dengan jarak jauhpun sang kakak yang sudah terbiasa menerima fokus dari kedua orang tua selama bertahun-tahun, tiba-tiba memiliki adik, dan tiba-tiba ibu terfokus mengurus adik yang masih kecil dan lucu, akhirnya "mungkin terkadang lupa" dengan kakak yang tetap membutuhkan perhatian. Sang adikpun demikian halnya, adik juga sering cemburu dengan kasih sayang yang diberikan oleh ibu dimana harus berbagi dengan sang kakak. Menurut aku ini semua tergantung dari orang tuanya, bagaimana bisa adil membagi perhatian mereka dan memberikan penjelasan dengan mudah dipahami.
Malah seringkali anakku yang pertama cemburu kepada sang adik, karena kita semua terfokus dengan adik, dan seperti biasanya aku selalu membiasakan dia share semua feeling dia di sekolah, tentang temannya, tentang segala sesuatunya ke aku.
Pada suatu malam, aku mendapatkan bahwa dia "cemburu" dengan adiknya, merasa aku mungkin tidak sayang dia seperti aku menyayangi adiknya, lalu aku berkata kepadanya aku mencintai kalian sama seperti kamu mencintai boneka-bonekamu, semuanya sama, hanya terkadang mama harus fokus mengurus adik yang masih perlu dibantu, dan bukan berarti mama tidak sayang sama kamu, kemudian aku memberikan perumpamaan seperti kotak pensil dan pensil.
Seperti misalnya Kamu (kakak) adalah sang empunya tempat (kotak) pensil, dan kotak pensil adalah kamu di kehidupan nyata, dan pensil adalah adikmu. Apakah kamu dapat memilih yang mana yang kamu sayang? dia bilang ga bisa, terkadang waktu di sekolah kamu lebih sering memegang pensil, dan mungkin hampir tidak pernah memegang tempat pensil kamu, tapi apakah berarti kamu tidak sayang dengan tempat pensil kamu? lalu dia tersenyum, lalu aku berkata, sama dengan itu, terkadang mama lebih sering memegang atau memperhatikan adik, tapi BUKAN BERARTI mama tidak sayang dengan kakak, keduanya mama sayang hanya terkadang mama harus mengurus atau menggandeng tangan adik karena dia lebih memerlukan, kalau mama tidak menggandeng tanganmu (pernah jealous karna ga digandeng soalnya haha) karena mama percaya kamu bisa menjaga dirimu dengan baik, tapi mama tetap sayang keduanya dengan porsi yang sama.
Anakku yang besar sangat suka berbicara dengan aku atau sekedar bertanya pendapat, ketika aku tanya kenapa? dia bilang karena mama suka memberikan perumpamaan dalam menjelaskan, membuat dia lebih mudah mengerti.
Terkadang kita tidak selalu bisa memberikan pernyataan dengan mudah seperti mama sayang kok, atau hanya berbicara dengan bahasa anak2, tetapi kita terkadang bisa kasih perumpamaan, biasanya anakku suka dan mengerti.
Kelebihan dan kekurangan ini tidak hanya bisa dirasakan dari kakak-adik yang berbeda jauh umurnya, perbedaan usia yang dekatpun pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, semua tergantung dari bagaimana orangtua melihat sisi lainnya dan mengajarkan kepada sang anak mengapa, apa, dan kenapa.
Jadi disini tidak ada jawaban pasti tentang LEBIH BAIK memiliki anak yang usia perbedaannya jauh, atau LEBIH BAIK perbedaannya dekat, SEMUA kembali tergantung dari keluarga masing-masing, ada orang tua yg bekerja, fokus ke satu anak aja susah, apalagi kedua anak, atau ketiga anak, atau mungkin datang dari ekonomi yang cukup, sehingga segala kebutuhan keuangan untuk anak harus direncanakan matang supaya anak tidak terbengkalai.
Ada orang tua yang umurnya udah tua, mendekati kepala 4, harus buru2 kejar target, sebelum beneran tua, makanya harus langsung uber dua - tiga anak dalam jangka waktu yang berdekatan.
Baik atau buruknya bukan menjadi tolak ukur benar atau tidak, semua tergantung dari kebutuhan dan kondisi keluarga masing-masing, yang tau baik buruknya adalah suami dan istri sendiri, bukan mertua, atau orang tua, karena yang menjalani keluarga ini adalah sang suami dan istri, jadi diskusikanlah matang-matang bersama pasanganmu.
Yang terpenting dari semuanya adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan kemampuan kita dalam memperhatikan mereka, mengurus anak kita secara fisik, memperhatikan mental mereka, MENDIDIK mereka bagaimana menjadi seorang kakak, atau seorang adik yang baik, seseorang yang berintelektual, dan mengantarkan mereka menjadi orang yang patut dibanggakan ke depannya.